Bisnis berbasis teknologi memang bukan hal mudah. Apalagi di Indonesia yang teknologi lokalnya jarang dilirik orang. Namun tidak berarti kita harus melupakan etika bisnis. Ada yang namanya etika bisnis nasionalis.
Teknologi memang bukan merupakan produk unggulan dari negeri kita, namun bukan berarti tidak dibutuhkan dalam setiap roda kegiatan yang berputar. Sementara ini produk teknologi yang digunakan di dalam negeri kebanyakan disuplai dari negeri orang lain. Yang di sebut sebagai konten lokal walau selalu digembar-gemborkan dan bahkan sudah menjadi sebuah peraturan, kenyataannya tetap hanya menyisakan sedikit ruang bagi karya-karya anak bangsa.
Mengapa bisa begitu? Penulis mencoba menganalisa faktor penyebabnya.
1. Kebijakan belanja teknologi belum terutama disebabkan atas perencanaan kedepan yang strategis. Seringkali pengadaan atau pembuatan sistem berbasis teknologi lebih dimotivasi kuat oleh faktor yang bersifat kuratif.
2. Kita sendiri memang tidak mampu menyediakan sebuah solusi yang 100% bikinan dalam negeri. Rantai komponen atau produk yang bersifat kompleks dalam sistem yang dibangun masih belum bisa ter-rakit di dalam negeri. Memang mungkin negara lain juga tidak bisa, namun untuk Indonesia dampak negatifnya lebih pada sikap under-estimate terhadap teknologi dalam negeri. Konten yang kecil yang merupakan karya anak bangsa masih belum dibanggakan dengan serius.
3. Memproduksi sendiri semua komponen justru tidak ekonomis. Mengingat produksi selalu memiliki konteks yang sensitif harga yaitu skala produksi.Memang tidak mudah untuk membangun pasar sambil berinvestasi pada proses produksi. Hal ini sama dengan judi taruhan tinggi. Atau memiliki visi yang sangat tajam akan komoditas tersebut di masa depan.
4. Sebuah sistem yang lengkap membutuhkan berbagai bidang teknologi, dari hal yang bersifat hardware, firmware, hingga software. Orang-orang pintar di negeri ini lebih suka single fighter, one man show, sehingga sinergi antara penguasa beberapa bidang teknik kurang bisa terbentuk dalam tataran natural.
5. Pengembangan selalu butuh waktu, padahal proyek biasanya dikejar waktu. Karena memang sifatnya bahwa setiap sistem berbasis teknologi memiliki kualifikasi yang harus memenuhi kebutuhan user, maka belum tentu tersedia produk-produk final yang sudah ada pada waktu atau kesempatan yang sesuai.
Proyek besar ataupun kecil di Indonesia biasanya berawal dari sesuatu isu yang lebih bersifat politis. Seorang pejabat dalam sebuah institusi, baik perusahaan atau pemerintah, mendapat tekanan dari atasan atas suatu isu tertentu.Dalam rangka menjaga posisinya beliau lalu memerintahkan agar diselenggarakan sebuah proyekuntuk mengatasi tekanan ini. Alhasil kebutuhan ini terdefinisikan sebagai sebuah reaksi, bukan sebagai wujud aksi strategis terencana yang positif.
Etika Bisnis Nasionalis
Bagaimana caranya kita bisa menjalankan pekerjaan dan memperoleh penghasilan yang baik namun tidak menabrak etika-etika bisnis yang nasionalis? Terminologi nasionalis di sini digunakan dengan maksud bahwa para enterpreneur juga mempertimbangan kepentingan bangsa yang lebih luas. Penulis sendiri tidak punya resep-resep jitu yang bisa terbukti ampuh untuk memperbaiki keadaan negeri kita.
Namun dengan hati yang tulus dan niat yang baik kita bisa mengumpulkan rambu-rambu etika yang kondusif bagi perkembangan bisnis berbasis teknologi di tanah air. Semuanya harus berangkat dari tataran moralitas baru bisa menjadi landasan yang kuat untuk gestur-gestur yang lebih besar. Dengan berlaku demikian kita ikutan membangun moralitas bangsa kita dan selanjutnya merupakan kontribusi kita memperbaiki negeri kita ini, dimulai dari diri kita dan perusahaan kita masing-masing.
Contoh etika bisnis nasionalis adalah, sebelum memulai pekerjaan jangan terlalu banyak bicarakan soal pembagian profit. Rencanakan saja dengan margin yang cukup baik. Hindari usaha greedy merebut pekerjaan hanya alasan margin yang kelewat besar tapi belum tentu bisa menyelesaikan. Bila harus ada “kick-back“,usahakan dilakukan setelah semua pekerjaan selesai dilakukan dengan hasil “everybody happy“, penghitungannya bisa berdasarkan model bonus atas kontribusi.
Perencanaan solusi teknologi sebanyak mungkin menggunakan apa yang sudah dibuat di dalam negeri. Beri kesempatan untuk tidak hanya bikinan sendiri, namun juga rekan lain di dalam negeri. Cari relasi komplemen dalam negeri untuk melengkapi sistem, hardware, firmware, middleware, hingga software. Sinergi saling melengkapi akan sangat mendukung dan membantu dalam pelaksanaan setiap pekerjaan. Sinergi juga akan meningkatkan kemampuan dalam menghasilkan solusi-solusi yang kreatif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar